Jumat, 28 Maret 2014

Untuk Kalian

Hari ini, kita mulai mengukir sebuah kenangan yang akan kita kenang di masa tua nanti. Memulai semuanya dari awal kembali. Membuka lembaran baru dalam bab baru yang akan kita ukir dengan manis. Menyusun kembali beberapa kisah yang sempat kita lenyapkan dalam tidur kita masing-masing.

Bukan hal yang mudah memang untuk menyusun kembali segala sesuatu yang sempat kita acuhkan. Namun, bersamamu, hal tersebut akan jauh lebih mudah apabila kita sudah melaksanakannya dan menjalankannya.

Kita yang sekarang, jauh lebih baik dibandingkan kita yang dulu. Untuk kesekian kalinya, waktu menunjukkan keramahannya.

Dulu, bukan seperti ini cara kita berbincang. kaku, masih mencari topik bahasan yang akan kita bicarakan, dan hal lain sebagainya. Namun, untuk apa kita melihat kembali ke belakang hanya untuk membandingkan kita yang sekarang dengan kita yang dulu? kita hidup di masa kini, bukan masa lalu.

Kini, saatnya aku memperjuangkanmu. Memperjuangkan kisah kita yang sempat kita enyahkan.
Kini, saatnya aku mempertahankanmu seperti apa yang kamu lakukan dulu untuk mempertahankanku.
Berhenti dengarkan apa kata mereka. Ini kisah kita, bukan mereka. Kita yang mengambil alih kisah ini, bukan mereka.

Karena kamu pantas untuk diperjuangkan. Berhenti hiraukan mereka yang hanya melihatmu dengan cemburu. Acuhkan mereka yang hanya iri melihat kisah hidupmu. Kamu yang mengambil alih ceritamu, bukan mereka.

Karena kamu pantas untuk dipertahankan. Lupakan mereka yang pernah meninggalkanmu di belakang. Kamu layak mendapatkan hal yang lebih baik dari itu.

Lupakan, hiraukan, acuhkan.
Karena aku disini hadir untuk menunjukkan kepadamu seberapa pantas kamu untuk diperjuangkan dan dipertahankan.

Jumat, 14 Maret 2014

Melawan Waktu

Suatu hari nanti, mimpimu akan menjadi kenyataan. Aku percaya kamu bisa. Jangan pernah remehkan dirimu sendiri. Mimpimu menantimu disana. Beberapa mimpi yang kini telah menjadi rahasia umum maupun mimpi tertentu yang pernah kamu bangun bersamaku, dulu.

Waktu selalu menjadi musuh terberat kita. Tapi, kamu selalu meyakinkanku bahwa kita mampu melawan waktu. Suara detik jam adalah suara yang paling kita benci, karena kita berdua tahu, suatu saat nanti mungkin kita tidak akan merakit mimpi kita bersama lagi seperti saat ini.

Dengan bangga, dulu, kamu berbagi mimpimu bersamaku.
kamu bilang, "suatu saat nanti kita akan membangun rumah sakit di desa-desa terpencil, membantu mereka dengan memberi pengobatan gratis. kamu dan aku akan membangun hal ini bersama sama. kita akan sukses bersama sama!"
salah satu mimpimu yang tidak akan pernah aku lupakan

kamu juga pernah bilang, "kalau suatu saat aku menjadi penulis nanti dan novel yang telah aku buat akan diwujudkan dalam bentuk film, aku ingin kamu mengisi backsound dari filmku tersebut"
Kalimat terindah yang pernah aku dengar. Kalimat yang secara tersirat menunjukkan, kamu yakin dan percaya atas mimpiku dan kemampuanku disaat orang lain hanya menjatuhkan dan merendahkan mimpiku.

Terhanyut akan mimpi kita, waktu kembali menjadi penghalang. kamu menemukan tempat yang baru untuk menuangkan segala mimpi-mimpimu. Tempat yang mungkin menurutmu jauh lebih nyaman dibanding dengan berbagi mimpimu bersamaku. Hingga kamu melupakan semua mimpi tersebut. Mimpi-mimpi itu mungkin akan tinggal diam menjadi kenangan atau hanya sekedar angin lalu.

Kini, aku hanya bisa mengagumi mimpi-mimpimu. mimpi yang mulia dan suci. Mimpi yang aku yakin, kamu mampu mewujudkannya, walaupun tanpa aku di dalamnya.
Kini, aku hanya bisa menangis di belakang layar. Berharap waktu dapat bersikap baik kepadaku. Merindukanmu dan mimpi-mimpi kita.

Hingga akhirnya, aku terus berjuang melawan waktu dan sampai saat ini aku masih berjuang untuk mendengarkan kembali mimpi-mimpi kita.